Serat Niti Sastra Chapter IV

Chapter IV

  1. Bulan bintang dan matahari bersinar menerangi bumi; namun cahaya pengetahuan sejati menerangi jagad raya tanpa henti. Seorang putra berhati baik, saleh dan pandai, membahagiakan kaum keluarganya, menjadi berkah bagi diri, dan mengharumkan nama negara dan bangsanya.
  2. Seorang pemberani meraih kemenangan dunia; bila gugur pun namanya tetap terkenang. Seorang penakut tidak memperoleh apa-apa; setelah meninggal pun tetap dicerca
  3. Setelah mengalahkan seratus pahlawan, seseorang boleh mengaku dirinya sebagai pahlawan. Melampaui kesucian seratus orang suci, seseorang baru disebut guru sejati.
  4. Seorang bijak tak pernah mengaku pandai, walau kepandaian yang dimilikinya melebihi seribu orang pandai. Ia selalu bersifat rendah hati,
  5. Jangan sekali-sekali mencela, dan memperhatikan cacat orang. Setiap orang mempunyai cacat. Sungguh tak seorangpun sempurna
  6. Biarlah mereka yang memiliki lebih memberi kepada mereka yang kekurangan. Biarlah ia yang masih hidup berdoa kepada  leluhurnya yang telah meninggal.
  7. Berada dalam masa dimana materi di tempatkan di atas segala, tidak heran bila para alim ulama pun mengabdi pada si kaya. Ajaran luhur terlupakan oleh manusia; anak menipu orang tua; para bijak tak dihargai; para penjahat malah disukai.
  8. Dunia guncang diselubungi kegelapan. Penguasa tidak sudi melayani, hanya mau dilayani dan disegani. Buruh tidak menghormati majikan, para usahawan yang memberinya pekerjaan. Usahawan pun tak lagi menghormati para negarawan dan para petinggi. Para petinggi negara mengabaikan nasihat alim ulama; alim ulama pun tidak melakoni dalam keseharian, segala apa yang mereka sendiri ajarkan.
  9. Lenyap sudah segala sesuatu yang suci dari dunia. Manusia tak lagi hidup sesuai kodratnya. Ia tak malu meninggikan iri, walau belum mencapai sesuatu yang berarti.
  10. Sungguh edan ia yang suka berkelahi, hanya untuk memperebutkan kedudukan tinggi. Lebih-lebih lagi bila ia bergabung dengan lawan, hanya untuk menjatuhkan saudara dan kawan. Diperbudak oleh angkara murka, bersikap durhaka; tempat-tempat dan benda-benda suci dirusaknya, tanpa memikirkan akibat dari ulahnya.
  11. Mereka yang berhati besar jatuh miskin; para kikir malah menjadi kaya raya. Mereka yang berhati baik cepat mati; para penjahat malah panjang umur. Si bodoh disegani; si bijak tidak dihormati. Petinggi negeri takut sama menteri. Para pejabat tidak menjalankan tugas; segalanya menjadi campur aduk.
  12. Pohon-pohon berharga dan harum baunya ditebang untuk memagari pohon-pohon tak berharga; burung dan hewan-hewan peliharaan di bunuh untuk menjadi makanan bagi gagak dan bangau. Sebaliknya anjing dipelihara dan dimanja dengan mengorbankan jatah sanak keluarga.
  13. Di zaman Emas, manusia hidup hingga 100.000 tahun; di Zaman Perak, berkurang menjadi 10.000 tahun; di Zaman Tembaga, berkurang lagi tinggal 1000 tahun- demikian usia manusia berkurang terus. di awal Zaman Besi manusia masih dapat hidup hingga 100 tahun. Kemudian menurun menjadi 1000 bulan, hingga di penghabisan Zaman Besi tinggal 40 tahun.
  14. Manusia zaman emas memahami sumsum kehidupan; manusia zaman Perak memahami tulang belulangnya; Dan, kehidupan di dunia masih tetap damai sentosa. Kemudian datanglah Zaman Tembaga, manusia hanya memahami daging, urat dan darah saja. Sekarang Zaman Besi yang paling parah, kesadaran manusia sebatas kulit, bulu dan apa yang dimakannya.
  15. Banyak pertengkaran di masa lalu terjadi karena memperebutkan seorang perempuan. Tidak ada yang berubah di zaman ini; perempuan masih dapat memicu pertengkaran.
  16. Tiga hal yang tak dapat kau tebak jalannya, yaitu arus sungai, akar pohon yang lebat, dan hati seorang perempuan. Sebab itu, waspadalah selalu.
  17. Dalam hal kebijaksanaan dan kepandaian berbicara, barangkali seorang perempuan kalah oleh seorang pria. Namun demikian, soal kekuatan syahwat ia jauh melebihi pria; setidaknya delapan kali lipat.
  18. Jangan terpengaruh oleh pikiran sembarang orang, dan bertindak secara gegabah, bila kau tak ingin binasa. Bertindaklah sesuai kata hati. Itulah yang membahagiakan iri. Apalagi bila kau ikuti petunjuk guru sejati.
  19. Keindahan, harta kekayaan, darah bangsawan, dan usia muda, semua itu memabukkan manusia. Begitu pula dengan minuman keras dan kekuatan, membuat manusia bertingkah luar biasa. Sebab itu, bila ada seorang bangsawan yang tampan, pandai dan masih muda namun tetap rendah hati dan sopan, maka dialah sang bijak Manusia Utama.
  20. Di bawah usia lima tahun, seorang anak patut dimanja. Bila sudah berusia tujuh tahun, patutlah ia mengikuti petunjuk orangtua. Pada usia sepuluh tahun, hendaknya ia sudah gemar membaca. Berusia enambelas tahun perlakukanlah dia sebagai mitra. Berhati-hatilah bila menunjukkan kesalahannya. Bila ia sendiri sudah berkeluarga, amati saja tingkah lakunya. Untuk memberi pelajaran kepadanya, cukup dengan gerak dan isyarat saja.
  21. Janganlah selalu memanjakan anakmu. Hal itu sungguh tidak membantu; malah dapat mencelakakan dirimu dan dirinya sendiri. Kau pun pusing, akhirnya meninggalkan anak istri. Tertibkan anakmu dengan peraturan, bila perlu dengan hukuman. Itu  cara yang tepat untuk mendidik seorang anak, supaya ia menjadi baik dan dihormati orang bijak.
  22. Jangan memberi pengetahuan, dan mengajarkan kesaktian kepada seseorang berjiwa jahat. Ajari mereka yang berhati baik dan bijak.
  23. Ia yang berhati baik dan bijak ibarat pohon cendana; jangankan burung-burung dan kera di atas, binatang buas pun berlindung di bawahnya. Sekalipun di tebang manusia, tetaplah ia menyebarkan wanginya. Demikian sifat manusia utama, selalu emikirkan kebaikan sesama.
  24. Rasa malu adalah perhiasan wanita. Kesabaran jiwa adalah seorang ulama. Namun tidak tepat bagi seorang pemimpin bila ia selalu malu-malu dan bersabar melulu. Sifat seperti itu membuatnya tidak disegani, dan wilayah kepemimpinannya dirampas musuh.

Serat Niti Sastra Chapter III

Chapter III

  1. Lapangan gundul tanpa rumput, sungai kering tanpa air, ditinggalkan oleh hewan dan burung-burung yang biasa mencari makan dan minum. Persis seperti itu seorang pria yang tak bekerja, dan malas mencari rezeki, sudah pasti di tinggal pergi istri. Sebagaimana rakyat yang meninggalkan para pemimpin kejam tak berkesadaran, dan mencari rezeki di negeri orang di mana mereka dapat hidup aman.
  2. Harta benda dan anggota keluarga, semua tertinggal di dunia saat ajal tiba. Ditangisi sebentar dan di tinggal pergi, tak satupun menemani. Hanya segala perbuatanmu yang menemanimu saat itu. Sebab itu, beramallah selalu; itulah satu-satunya bekalmu.
  3. Masa muda maupun harta benda, tak satupun yang kekal dalam hidup ini. Pertemuan maupun perpisahan, tiada pula sesuatu diantaranya yang abadi. Kecerdasan berpikir dan kebodohan, rasa takut dan keberanian, semuanya hidup berdampingan dalam diri manusia sepanjang zaman.
  4. Unggul dalam persahabatan dengan awam adalah seorang rupawan; unggul dalam hubungan dengan pemerintahan adalah seorang bangsawan. Untuk tampil menawan, siapa saja dapat berbusana rapi; namun penawan sejati tiap hati adalah seorang bijak yang gampang mengampuni.
  5. Empat hal yang harus diperhatikan dalam diri seseorang adalah: latar belakang kebangsaan dan keluarganya, serta penampilan dan pekerjaannya. Empat hal yang harus kau lakukan untuk menguji kadar emas adalah: mengasahnya, menempanya, membakarnya serta membelahnya. Empat langkah yang harus diambil sebelum menghukum seseorang adalah: menasihatinya, mamarahinya, menjatuhkan denda, terakhir baru menghukumnya.
  6. Ada empat peristiwa dalam kehidupan manusia yang awalnya menyenangkan, namun akhirnya menyedihkan: meminjam namun tak dapat mengembalikan, memelihara anjing yang kemudian menjadi gila, berfoya-foya tanpa perhitungan, dan pergaulan bebas tanpa tanggung jawab.
  7. Mencari uang tidak mudah, harus belajar dan bersusah payah. Menyimpan pun sulit; banyak maling; banyak pula orang sirik. Terlebih lagi, sungguh sangat berat kehiupan orang kaya yang menjadi melarat. Sebab itu para budiman tidak pernah mengejar uang.
  8. Harta benda hanya bermanfaat bila digunakan untuk menolong yang melarat. Jangan lupa memberi sedekah, supaya hartamu terjaga. Menimbun harta ibarat membendung arus yang besar dan deras. Apa yang ingin kau selamatkan tetap hanyut tanpa bekas.
  9. Ada madu, dan ada racun. Ambillah madu, tinggalkan racun. Ada emas dan ada kotoran. Bersihkan emas, buanglah kotoran. Tak ada salahnya kau berguru pada siapapun jua bila ia memiliki sesuatu yang berharga. Tak salah pula memperistri seorang perempuan cantik, berhati baik, walau berasal dari kalangan rendah.
  10. Sesejuk apapun rembulan dan cendana, lebih sejuk kata-kata orang bijak. Sepanas apapun api dan matahari lebih panas kata-kata seorang penjahat.
  11. Lalat menggemari luka terbuka, ia tak peduli bila dirinya menyebabkan derita. Burung gagak menyukai bangkai hewan, ia tak sadar banyak makanan yang lebih lezat. Seorang penjahat menyebabkan perselisihan. Ia senang melihat orang menderita karena ulahnya. Sebaliknya, seorang bijak selalu bersikap lemah-lembut; kebahagiaan orang lain menjadi tujuan utamanya.

Serat Niti Sastra Chapter II

Chapter II

  1. Awam mementingkan pakaian, perhiasan, dan hal-hal luaran lainnya; bagi mereka yang berpengetahuan bacaan baiklah satu-satunya andalan.
  2. Harta yang kau peroleh dari jerih payahmu sendiri – itulah yang terbaik, harta yang kau peroleh sebagai warisan dari ayahmu masih tergolong baik. Yang tidak baik adalah pemberian ibu; lebih-lebih lagi uang pemberian istrimu. Namun di atas segalanya adalah rampasan perang- sangat tidak baik.
  3. Untuk mengakhiri perselisihan dengan lawan, kau dapat berdamai dengannya, memecah belah kubunya, bersikap penuh kasih, atau memaksa dan menghukumnya. Silahkan menguasai keempat cara itu, namun upayakan selalu untuk mengakhiri segala persoalan dengan kasih sayang.
  4. Menghaapi seorang lawan, janganlah engkau menunjukkan rasa takutmu. Itu akan mengendurkan semangat para kawan yang membela dan mendukungmu. Tidak perlu menghina musuhmu karena ia akan bertambah marah. Karena semangat membara dalam hatimu cukup untuk mengalahkannya tanpa senjata.
  5. Pengetahuan adalah kawan utama; hawa nafsu adalah musuh utama; cinta orang tua kepada anaknya, itulah cinta utama. Dan kekuatan takdir, nasib. Setiap orang harus tunduk pada apa yang disuratkan untuknya.
  6. Burung murai dihargai karena merdu suaranya; seorang istri, karena kesetiaan dan kesucian hatinya. Pelajaran tertinggi adalah yang kau peroleh dari seorang Guru sejati; penghargaan tertinggi diberi oleh para suci kepada mereka yang suka mengampuni.
  7. Sungguh sangat disayangkan apabila seorang kaya tak punya kecerdasan. Walau muda, sehat, rupawan dan keturunan bangsawan, bila tanpa kecerdasan ia mirip bunga kapuk hutan. Tiada semerbak mewangi, walau berwarna merah menawan.
  8. Tingkah laku sopan membuktikan dirimu berasal dari keluarga baik. Kesehatan badan membuktikan makananmu bergizi dan baik. Sifat ramah antara para sahabat mengukuhkan persahabatan. Kebiasaan mengampuni membuktikan kerelaan diri para suci.
  9. Bisa hewan berada di bagian-bagian tertentu badannya. Bisa manusia jahat tersebar rata di seluruh jiwa dan raganya.
  10. Anak manusia tegantung pada induknya; ikan kolam tergantung pada kedalaman airnya; burung di langit tergantung pada sayapnya; seorang pemimpin tergantung pada kepuasan mereka yang dipimpinnya.
  11. Kemasyhuran seorang berhati baik melebihi suara gong dan guntur, ia memenuhi seluruh dunia karena orang memujinya.
  12. Hindari makanan yang tidak layak untuk dimakan; hindari segala sesuatu yang mengotori badan. Jauhi mereka yang berseteru terhadapmu.
  13. Janganlah sekali-kali mencela para bijak, kitab-kitab suci dan para guru yang telah mengajarimu. Karena perbuatan tercela itu hanyalah akan mencelakai dirimu.

Serat Niti Sastra Chapter I

Serat niti sastra; ancient wisdom for modern leaders niti sastra.

Niti sastra berisi tentang tata-krama, keagamaan, pergaulan dan teladan perbuatan baik. Serat ini mengandung pesan-pesan moral yang patut diketahui, diamalkan, dan diteladani dalam kehidupan sehari-hari, i hope by learning this ancient java wisdom would improve my thorough understanding related to what was happening in my ancestors life.

Chapter I

  1. Sembah Sujudku kepada Sang Pembebas Agung yang telah memebebaskan diriku dari segala keterikatan; Kepada Yang Maha Kuasa Abadi Yang Bersemayam di dalam hati… Wahai Sumber Segala Chaya, Terangilah jiwa setiap manusia, lewat coretan-coretanku yang tak berarti dalam karya Niti Sastra ini…
  2. Manis, asam , asin, pedas, pahit, dan sepat; bagaimana rasa menjelaskan rasa yang beragam itu, tanpa pengetahuan dan penguasaan bahasa? Berada di tengah mereka yang tahu, terpaksa kau harus membisu.
  3. Pengetahuan bagai racun bagi mereka yang malas dan tidak mau menuntutnya sebagaimana makanan yang tidak tercerna pun menjadi racun dan menyebabkan penyakit; sebagaimana berkumpul dengan orang banyak tidak menyenangkan hati mereka yang kurang pandai bergaul; sebagaimana pasangan yang tua renta mendongkolkan hati seorang perawan jelita yang  masih muda.
  4. seorang pemimpin harus mampu mengambil hati dan menyenangkan banyak orang. Bersama sesama maupun lawan jenis, gunakan bahasa cinta, kata-kata manis. Bersama para cendekiawan . gunakan bahasa pengetahuan; dan kepada seorang lawan tunjukkan semangat serta keberanian.
  5. Mengatasi amukan seorang penjahat tidak semudah menjinakkan binatang buas. Karena itu, janganlah engkau meremehkan seorang penjahat, seorang lawan.
  6. Gunakan batang tunjung untuk mengetahui kedalaman air; perhatikan tingkah laku dan gerak-gerik manusia untuk mengetahui kemuliaan sifatnya. Ia yang berpengetahuan bersikap sabar, ikhlas, halus, dan berbudi tenang. Ia yang telah mencapai kesempurnaan ilmu berbicara dengan tenang dan para pendengar pun girang.
  7. Kaya tapi berperilaku tak layak; berpengetahuan, tapi berkumpul dengan orang jahat; berusia tua namun berakhlak rendah hidup mereka sungguh tak berarti, tidak bermakna.
  8. Ketiga sifat itu memang tidak terpuji, namun masih ada satu lagi yang sungguh lebih menyakiti, yaitu tidak menepati janji.
  9. Seorang yang tidak berpengetahuan bersuara keras untuk mencari perhatian. Begitu pula dengan orang yang jelek rupanya, banyak dibuat-buat tingkah lakunya,
  10. Singa menjaga hutan, dan dijaga oleh hutan. Perselisihan antara mereka merugikan keduanya. Hutan tanpa penjaga di rusak manusia, singa di luar hutan pun diburu manusia.
  11. Seorang manusia tak dapat hidup tanpa bersahabat; bila harus mencari perlindungan berlindungalah pada yang berkuasa.
  12. Sebagaimana anak ikan dan kura-kura belajar dengan hanya mencontoh perilaku induk mereka. Seorang anak manusia pun haruslah mengikuti jejak orang tuanya, meniru perbuatannya.
  13. Namun tidak selalu terjadi demikian. Karena itu, anak manusia membutuhkan pendidikan, perawatan dan pemeliharaan kesadarannya serta dibangkitkan pula semangatnya.
  14. Agama mengajarkan kerelaan untuk berkorban demi kebaikan dan keselamatan banyak orang; ilmu pengetahuan meneguhkan hati, supaya tidak terombang-ambing.harta benda hendaknya tidak sekedar membahagiakan, tetapi memuliakan, sebagaimana seorang anak tidak hanya menyenangkan, tetapi mengharumkan nama orang tua.